Kesalahan Terbesar untuk Tamparan Bergerak Maju



Halooo….. long time no see yaa…..
Kali ini aku mau curhat aja sih. Curhat tentang kegalauanku. Aku milih curhat disini karena aku gak mau curhat sama orang-orang yang aku kenal. Aku malu. Lagipula nanti yang ada aku dimarahi sama mereka. Ditanya habis-habisan dan memberikan ekspresi yang akan membuatku tambah down.
Oke, tanpa basa-basi lagi aku mulai curhat yaa….
Aku ini sudah semester 6. Semester depan aku sudah mulai skripsi dan profesi alias belajar di lapangan (rumah sakit, puskesmas, klinik, dll). Kemarin aku melakukan kesalahan yang teramat fatal. Aku gak ikut ujian praktikum. Sudah bisa dipastikan aku bakalan dapet nilai E. FYI, aku ada di blok gastrointestinal. Menjemput nilai E dengan sengaja itu sama dengan cari mati. Iya kan?

        Aku tau, aku aneh. Aku tau, aku gila. Awalnya aku sangat bimbang. Terlebih lagi aku kembali menghitung waktu. Memperkirakan urutanku masuk (klo ujian praktikum ngantri dulu). Aku sempat bertekad untuk berangkat ke kampus untuk mengikuti ujian. Semuanya sudah siap. Aku sudah belajar, meski belum mengulangnya kembali. Tas sudah aku siapkan dari pagi. Aku sudah siap dari pagi. Detik-detik urutanku aku deg-degan makanya aku nyalakan tv untuk mengurangi deg-degan itu. Eh, tiba-tiba ada telepon dari isty, temanku. Aku memang nyaman sih sama dia meski aku gak terlalu dekat dengannya. Kemudian ada Sandra yang sms aku di detik-detik urutanku. Sandra ini bukan orang dekat tapi di blok ini kita kelompokan. Dia baik sekali. Juga ada bunda Masita (temanku) yang menanyakan kenapa aku gak ikut ujian setelah ujian usai. Kalau Masita ini ketua jarkom. Jadi yang menjarkom info-info ya cuma dia.
        Seharian itu, kemarin hari Kamis tanggal 27 Maret 2014 aku nangis terus-terusan. Hidupku gak semangat. Baru kali ini aku merasa sangat resah. Baru kali ini aku sangat kebingungan. Baru kali ini aku sangat plin plan. Dan baru kali ini aku merasa terpuruk. Aku sangat gampang untuk mengeluarkan air mata. Baru nangis sedikit saja mataku sudah merah. Belum pernah aku menangis sampai seperti itu. Kepalaku sampai dibuat berat dan pusing. Rasanya mau mati saja. Sekarang Jumat, 28 Maret 2014, kepalaku saja masih pening. Tapi sudah mendingan sih.
        Hari itu, banyak yang kupikirkan. Mungkin ada baiknya aku ditampar. Asal kalian tau, selama ini aku kebal terhadap situasi apapun. Bahkan aku sudah tau sejak lama bahwa aku ini tidak dianggap oleh beberapa teman sekelasku. Aku tau aku diremehkan. Dan aku tau hal itu sejak lama. Apa reaksiku? Aku biasa saja. Sangat biasa saja. Aku menganggap semuanya sebagai hal yang biasa. Kan seharusnya aku menyadari bahwa itu sebuah tamparan agar aku berubah dan berbaur. Tapi pada kenyataannya aku menyadarinya tapi tidak memusingkannya. Fakta itu seolah hanya sekadar lewat saja di depanku.
        Aku berpikir dengan tidak ikut ujian otomatis nilaiku akan menjadi E. dan aku akan turun kelas karena aku tidak lulus. Dengan begitu, aku akan bergabung dengan adik kelasku dan aku seharusnya malu. Jadi, aku pikir hal itu akan membuatku mempunyai semangat yang baru.
Malam harinya aku kebingungan. Besok harus gimana? Ujian atau tidak? Bagaimana aku menghadapi mereka, teman-temanku? Bagaimana? Bagaimana aku akan menghadapi dosen-dosenku? Apalagi dosen PA ku yang juga terlibat dalam blok kali ini? Bagaimana nanti aku harus menghadapi kedua orangtuaku ketika mereka tau aku dapat nilai E? aku bingung. Aku takut akan esok hari. Malam itu ingin sekali rasanya aku cepat-cepat pingsan. Lalu koma. Aku ingin dunia membuangku. Menganggapku tidak ada. Dengan begitu tidak ada seorang pun yang melihatku dan aku tak perlu berurusan dengan mereka.
Dalam hati aku meminta seorang malaikat atau bidadari menemaniku dan memberikan saran. Tapi.. aku tak kunjung membaik. Malam itu pacarku menanyakan sesuatu kenapa akhir-akhir ini aku bersikap dingin padanya. Dan aku malah menjawabnya dengan aku mempunyai masalah. Aku sudah mengutarakannya dan dia terus bertanya. Namun, aku tak bisa memberitahunya. Bahkan siapapun yang bertanya tidak akan kuberi tahu. Dia marah. Aku maklum. Dan pada akhirnya dia marah besar dan aku cuma menerima kemarahannya itu.bahkan, sempat ada kata putus yang hadir di tengah-tengah kami. Aku mencoba untuk melunak. Menghilangkan semua masalah yang ada pada diriku dan berkonsentrasi pada hubungan kami. Hingga akhirnya aku berhenti menangis dan mengantuk.
Hari ini jumat, 28 Maret 2014 aku memutuskan untuk tidak mengikuti ujian NC2. NC 2 itu ujian untuk mata kuliah yang berurusan dengan keperawatan. Dan pagi ini aku sudah memutuskan untuk meraih nilai E dan aku akan memberikan yang terbaik untuk blok selanjutnya.
Aku bertekad aku akan menjadi diriku yang sesungguhnya. Diriku yang dulu ketika aku masih sekolah. Orang yang memahami dengan cepat materi yang sudah diberikan. Orang yang bersemangat dalam belajar. Orang yang punya hubungan baik dengan teman-teman. Orang yang tidak pernah tertinggal. Orang yang dikagumi teman-temanku. Dan anak yang menjadi kebanggaan. Dan aku akan lulus dengan teman baruku itu. Kelulusanku akan menjadi kelulusan yang berkesan untukku dan untuk teman-temanku. Seperti tahun-tahun sebelumnya. Aku janji. Setelah ini aku akan memberi nilai B. aku hanya butuh waktu untuk mempelajari materi yang sudah kuterima. Mencernanya dengan baik. Aku tidak ingin bertemu dengan skripsi dan aku tidak ingin profesi dulu. Aku akan meminta temanku untuk menyemangatiku. Aku akan menghirup udaraku sendiri. Belajar di kelasku sendiri. Dan menggenggam impianku sendiri. Bukan pilihanku masuk perawat tapi aku akan menjadi perawat. Aku tidak ingin mendapatkan gaji buta seperti kata penyemangat teman-temanku yang membuat mereka belajar lebih serius lagi.
And, here we are. Mulai sekarang aku akan belajar sungguh-sungguh dan lebih sungguh-sungguh ketika aku mendapatkan teman baru dan udaraku kembali. Dukung aku yaa :D  

0 Comments

Gimana menurut kalian? Tinggalkan komentar di bawah yaa...